Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur |
Provinsi |
|
Peta lokasi Nusa Tenggara Timur |
Negara |
Indonesia |
Dasar hukum |
UU 64/1958 |
Ibu kota |
Kupang |
Koordinat |
11º 10' - 7º 30' LS
118º 30' - 125º 20' BT |
Pemerintahan |
• Gubernur |
Frans Lebu Raya |
Area |
• Total |
48.718.10 km2 (18,810.16 mil²) |
Populasi (2010) |
• Total |
4.683.827 |
• Kepadatan |
96/km2 (250/sq mi) |
Demografi |
• Suku bangsa |
Atoni atau Dawan (21%), Manggarai (15%), Sumba (13%), Lamaholot (5%), Belu (6%), Rote (5%), Lio (4%), Tionghoa (3%)[1] |
• Agama |
Katolik Roma (55,85%), Kristen Protestan (34.06%),Islam (8.66%), Hindu (0.21%), Buddha (0,02%), Lain-Lain (1.20%) |
• Bahasa |
Bahasa Indonesia |
Zona waktu |
WITA |
Kabupaten |
21 |
Kota |
1 |
Kecamatan |
186 |
Desa/kelurahan |
2.650 |
Lagu daerah |
Moree |
Situs web |
www.nttprov.go.id |
Nusa Tenggara Timur adalah sebuah
provinsi Indonesia yang terletak di bagian
tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Pulau
Flores, Pulau
Sumba, Pulau
Timor, Pulau
Alor, Pulau
Lembata, Pulau
Rote, Pulau
Sabu, Pulau
Adonara, Pulau
Solor, Pulau
Komodo dan Pulau
Palue. Ibukotanya terletak di
Kupang, di
bagian barat pulau
Timor.
Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Pulau
Flores, Pulau
Sumba dan Pulau
Timor Barat (biasa dipanggil
Timor).
Provinsi ini menempati bagian
barat pulau
Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu
Timor Timur yang merdeka menjadi negara
Timor Leste pada tahun 2002.
Arti lambang
Arti lambang Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:
- Berbentuk perisai dengan sudut lima dengan maksud, selain melambangkan makna perlindungan rakyat juga melambangkan Pancasila.
- Dalam perisai terberkas: bintang, komodo, padi dan kapas, tombak dan pohon beringin.
- Bintang melambangkan keagungan Tuhan yang Maha Esa, komodo (buaya darat) satu-satunya reptil
prasejarah yang hingga kini masih lestari. Binatang purba ini merupakan
reptil raksasa yang oleh dunia dinyatakan dilindungi karena jenis hewan
ini hanya terdapat di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau Komodo. Banyak wisatawan dari seluruh dunia datang ke pulau ini hanya untuk melihat komodo.
- Padi-kapas melambangkan kemakmuran.
- Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan.
- Pohon beringin melambangkan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara.
- Hari terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Timur dilukiskan melalui
jumlah padi (14) dan tahun 1958 tertera langsung pada sudut bawah
lambang.
Sejarah
Bentangan kepulauan yang terletak antara 80-120
Lintang Selatan dan 1180 – 1250
Bujur Timur,
merupakan bagian dari NKRI; mempunyai makna tersendiri pada hidup dan
kehidupan banyak orang. Gugusan pulau-pulau tersebut disapa dengan
berbagai sebutan, antara lain, "
Sunda Kecil, Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Timur", dan juga "
Flobamora".
Sebutan tersebut juga bisa bermakna ada aneka suku dan sub-suku di/pada
wilayah tersebut, namun mempunyai satu tanda kesamaan yaitu sama-sama
menyatukan diri sebagai anak-anak Flobamor atau pun NTT.
[2]
Jauh sebelum nama NTT tersebar, gugusan pulau-pulau di selatan
Nusantara tersebut telah menjadi perhatian dunia. Harumnya aroma cendana
dari Timor telah menerobos sampai
Timur Tengah,
Tiongkok, dan
Eropa,
dan berbagai penjuru bumi. Kekuatan aroma cendana tersebut menjadikan
para pedagang dari Malaka, Gujarat, Jawa dan Makasar, Cina melakukan
pelayaran niaga untuk mencapai wilayah sumber cendana. Dan mereka
melakukan kontak dagang secara langsung dengan raja-raja di Timor dan
pulau-pulau sekitarnya, sang pemilik wilayah dan pemimpin rakyat.
[2]
Catatan sejarah dari
Tiongkok,
"manuskrip Dao Zhi", sejak tahun 1350 dinasti Sung sudah mengenal Timor
dan pulau-pulau sekitar, dan salah satu pelabuhan terkenal di Timor
adalah "
Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am", yang ramai dikunjungi kapal dari Makasar, Malaka,
Jawa,
Tiongkok dan kemudian Eropa seperti Spanyol, Inggris, Portugis, Belanda.
Negarakertagama (1365) mencatat bahwa Timor yang terkenal dengan hasil cendananya merupakan wilayah
Majapahit, namum mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri.
[2]
Ketika tahun 1510, Goa-India dikuasai
Portugis, mereka melanjutkan eskpansinya dengan cara menguasai
Malaka pada tahun
1511.
Malaka dijadikan pusat perdagangan serta penguasaan wilayah nusantara.
Portugis berhasil mencapai Maluku, Solor (Flores). Tahun 1511 armada
Ferdinand Magellan (dua kapal) singgah di
Alor dan
Timor (
Kupang).
Dalam penyeberangan ke selat Pukuafu, kedua kapal ini tertimpa badai,
salah satu kapal karam dan hancur. Salah satu jangkar raksasa kapal ini
hingga kini masih ada di pantai Rote. Satu lainnya berhasil lolos dari
amukan ombak melanjutkan perjalanan ke Sabu, kemudian ke
Tanjung Harapan dan kembali ke
Spanyol.
[2]
Ketika Belanda, dengan
VOCnya, mencekram Nusantara, tahun 1614, mereka menempatkan Pdt. M van den Broeck di Kupang dan Rote, untuk melayani warga
Kristen di sana. Ini juga bermakna, walau VOC masih berusia muda (berdiri
1602),
kongsi dagang itu telah menempatkan kantor, benteng, pegawainya di
Timor dan pulau-pulau sekitar; dan dengan itu perlu seorang pendeta
sebagai pemelihara rohani. [Pada era V0C, tahun 1600an – 1799, dan
bahkan sampai tahun 1900, tidak banyak catatan sejarah yang bisa menjadi
pengetahuan publik; dan sekaligus bisa menjadi tanmbahan pengetahuan
kepada anak-anak NTT]. Belanda waktu itu masih dikuasai oleh pemerintah
boneka dari kekaisaran Perancis dibawah Napoleon. Keadaan tersebut
dimanfaatkan Inggris untuk memperluas jajahannya dengan merebut jajahan
Belanda. Armada Inggris mengganggu daerah kekuasaan Belanda, sehingga
pada tahun 1799 hampir seluruh wilayahIndonesia (kecuali Jawa,
Palembang, Banjarmasin dan Timor) dalam kekuasaan Inggris. Dua kapal
Inggris memasuki pelabuhan Kupang pada l0 Juni l797, namun berhasil
dipukul mundur oleh Greving yang mengarahkan pada mardijkers. Pada waktu
VOC dibubarkan pada th 1799, segala hak dan kewajiban Indonesia diambil
alih oleh pemerintah Belanda. Peralihan ini tidak membawa perubahan
apapun , karena pada waktu itu Belanda menghadapi perang yang
dilancarkan oleh negara tetangga.
[2]
Di era kolonial sampai 1942, rakyat NTT, harus terbagi-bagi sesuai
keinginan Belanda, dalam bentuk Raja – Swapraja, fetor – Kefetoran, dan
seterusnya; dan kemudian menjadi daerah taklukan di bawah pemerintahan
residen. Ketika
Jepang
berkuasa di Nusantara, wilayah NTT yang strategis, ditata ulang sebagai
basis pertahanan. Penataan administrasi pemerintahan pun nyaris tidak
mengalami perubahan, hanya ada perubahan istilah.
[2]
Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
17 Agustus 1945, NTT sebagai bagian Nusantara yang dijajah
Belanda,
bebas dari cengkraman kolonial. Akan tetapi, karena keinginan Belanda
untuk tetap berkuasa di Nusantara termasuk NTT, maka mereka mereka
melakukan berbagai upaya untuk tetap ada di bumi Flobamor. Keadaan
tersebut, membangkitkan semangat “Nasionalisme – Kebebasan – Kemerdekaan
NTT” pada/dalam diri anak NTT. Semangat yang tak pantang menyerah
tersebut, bahkan, malahirkan Pemerintah Negara Indonesia Timor dan
Pemerintah Otonom NTT. Bisa dikatakan bahwa NTT hampir sama dengan
Yogyakarta, pada waktu itu, yang menyatakan diri setia kepada
Soekarno
– Hatta. Perjuangan yang gigih anak NTT tidak berhenti, dan juga tidak
pernah terbit dalam pikrian untuk melepaskan diri dari RI, yang baru
merdeka. Ada semangat kesatuan Indonesia pada jiwa dan darah A.H. Koroh,
I.H. Doko, Th. Oematan, Pastor Gabriel Manek, Drs. A. Roti, Y.S. Amalo,
dan lain-lain agar NTT tidak berada dalam kekuasaan penjajah, tetapi
menjadi bagian dari
RI. Ketika negeri ini [NKRI] masih belum tegak berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari Provinsi Administratif dengan nama "
propinsi Sunda kecil".
Nama "Sunda kecil" kemudian diganti dengan nama "Nusa Tenggara",
berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama setelah
itu, pada tahun
1957
berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan
dengan UU No. 64 tahun 1958, sehingga "Propinsi Nusa Tenggara" dibagi
menjadi tiga daerah Swantantra Tingkat 1, yaitu masing-masing Swantantra
Tingkat 1
Bali,
Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur. Sejak
20 Desember 1958, pulau
Flores,
Sumba,
Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu provinsi, dalam/di kesatuan Republik Indonesia.